Buku "Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah"
Halo! Pada artikel kali ini saya akan memperkenalkan karya tulis pertama saya. Karya tulis yang saya maksud adalah buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”. Secara umum, buku ini menjelaskan riwayat-riwayat sejarah pembantaian keturunan Abu Thalib yang teramat rancuh untuk kemudian dijelaskan alurnya secara argumentatif dan referensial. Buku ini saya terbitkan dengan berkerja sama dengan Penerbit Gemala, penerbit buku indie terbaik yang saya tahu.
Tentunya, karena pada artikel ini saya hanya akan memperkenal buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”, maka saya tidak akan menjelaskan semuanya. Sekarang saya hanya akan menjelaskan beberapa hal penting saja tentang itu dan cara pemesanannya jika Anda berminat. Adapun beberapa hal yang saya maksud adalah sebagai berikut;
Latar Belakang Pemilihan Tema Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Ceritanya, pada puncak musim dingin di awal bulan Februari tahun 2017, saya dan teman-teman Fismaba (Forum Informasi Silaturrahmi Mahasiswa dan Alumni Bahrul Ulum) Mesir mengadakan kegiatan terjemah buku. Buku yang kami pilih untuk diterjemah adalah Maqâtilu Thâlibiyyîn karya Abu al-Faraj al-Ashfahani. Buku tersebut menjelaskan riwayat-riwayat pembantaian yang dialami keturunan Abu Thalib, mulai dari masa Nabi Muhammad, Khulafaurrasyidin, bani Umaiyah, hingga bani Abasiyah. Pada saat itu kami sangat antusias menjalani kegiatan tersebut dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kami miliki. Tapi kegiatan tersebut tidak berlanjut disebabkan beberapa hal hingga akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke tanah kelahiran pada tanggal 2 Februari tahun 2018.
Sesampainya di tanah kelahiran sebenarnya saya tidak langsung berniat membaca buku Abu al-Faraj tersebut. Ada jeda satu tahun lebih hingga kemudian saya berniat membacanya lagi. Saya sangat terkejut ketika membacanya dan membandingkanmateri yang dijelaskan dengan materi-materi yang ada dibuku-buku lain, seperti karya ath-Thabari, al-Baladzuri, Ibnu Saad, al-Ya’qubi, al-Mas’udi, Khalifah bin Kayyath, dan lain sebagainya. Bagaimana saya tidak terkejut, jika pada kenyataannya satu peristiwa dalam sejarah pembantaian keturunan Abu Thalib diceritakan oleh banyak riwayat secara berbeda-beda sehingga menghasilkan kesimpulan yang secara otomatis juga berbeda, bahkan kesimpulan tersebut hampir tidak diketahui oleh umumnya masyarat muslim.
Salah satu contohnya adalah peristiwa di Adzruh yang dalam sejarah Islam menjadi tempat rekonsoliasi antara pihak Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang sebelumnya berseteru keras karena kematian Utsman bin Affan. Jika kita ‘hanya’ mengamati riwayat-riwayat sejarah tentang peristiwa di Adzruh, maka kita akan menemukan penjelasan bahwa perseteruan kedua pihak semakin mengangah karena Amru bin Ash selaku wakil Muawiyah mengkhianati kesepakatan yang telah dibuat bersama Abu Musa al-Asy’ari selaku wakil Ali. Sikap saling caci-mencaci pun tidak bisa dihindarkan. Padahal, jika kita mengamati riwayat sejarah dari berbagai referensi sejak kematian Utsman bin Affan hingga kematian Hasan bin Ali dari berbagai referensi sejarah, ternyata pertemuan di Adzruh tidak menghasilkan kesepakatan apapun antar kedua pihak. Dengan kata lain, perseteruan yang kian mengangah antar kedua pihak sebagaimana yang diceritakan oleh mayoritas riwayat sejarah sebenarnya tidak ada.
Contoh lain, kita bisa menemukan peran besar Yazid bin Muawiyah dalam kematian Hasan bin Ali dan Husain bin Ali dalam beragam riwayat sejarah tentang kematian dua cucu Nabi Muhammad itu. Bahkan, salah satu riwayat tentang penyebab kematian Hasan bin Ali menjelaskan keterlibatan Muawiyah bin Abi Sufyan. Tentu itu sangat membingungkan, karena pada faktanya Muawiyah ini termasuk salah satu orang kepercayaan Nabi Muhammad untuk menulis wahyu. Padahal, jika kita mengamati riwayat sejarah dari berbagai referensi tentang kematian dua cucu Nabi Muhammad itu, baik Muawiyah bin Abi Sufyan atau Yazid bin Muawiyah, anak dan bapak, ini tidak terlibat sama sekali.
Tentunya, dua contoh di atas hanyalah dua dari seabrek kasus dalam sejarah pembantaian keturunan Abu Thalib yang harus dijernihkan, seperti dalam peristiwa perang Shiffin, kematian Ali bin Abi Thalib, perdamaian antara Hasan bin Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan, motif dan tujuan keberangkatan Husain bin Ali ke Kuffah, dan lain sebagainya. Itulah yang kemudian membuat saya berinisiatif untuk membaca sejarah pembantaian keturunan Abu Thalib dari berbagai referensi yang mungkin bagi saya dan menuliskannya dalam kajian ini. Tapi, karena keterbatasan waktu dan tenaga, saya tidak membaca semua sejarah pembunuhan keturunan Abu Thalib. Dalam kajian kali ini saya membatasinya hanya mulai Jakfar bin Abi Thalib, Ali bin Thalib, Hasan bin Ali, hingga Husain bin Ali saja.
Saya sadar betul, bahwa dalam kajian sejarah pembantaian empat orang keturunan Abu Thalib tersebut ada banyak sekali riwayat saling bertabrakan yang sangat sulit untuk dijernihkan. Karena itulah saya menggunakan tiga patokan guna mendapatkan kesimpulan yang bisa dipertanggung-jawabkan secara argumentatif dan referensial;
- Saya berpatok pada pendapat ulama tentang validitas riwayat sejarah.
- Jika saya tidak menemukan pendapat ulama tentang validitas riwayat sejarah, maka saya menimbang riwayat-riwayat sejarah yang bertabrakan untuk kemudian dibuat kesimpulan yang paling selamat.
- Jika saya tidak mampu melakukan langkah kedua karena kondisi riwayat sejarah yang teramat rancu, maka saya menggunakan pendapat yang paling masyhur di kalangan para sejarawan.
Untuk mempermudah mencapai maksud tersebut maka saya membagi kajian ini menjadi empat bab;
Pada bab pertama saya menjelaskan sejarah pembantaian sadis terhadap Jakfar bin Abi Thalib yang meliputi; rangkaian Carut-Marut riwayat sejarah tentang biografinya, peran pentingnya di Habasyah, perang Mu’tah dan pembantaian sadis yang dialami, dan kondisi tubuhnya setelah mati terbantai.
Pada bab kedua saya menjelaskan sejarah pembantaian terhadap Ali bin Abi Thalib yang meliputi; rangkaian Carut-Marut riwayat sejarah tentang biografinya, Khawarij dan perseteruan mereka dengannya, surat Abdullah bin Abadl kepada Abdul Malik bin Marwan, akar perseteruan mereka bedua, perang Shiffin, dan rangkaian pembantaian yang dialaminya.
Pada bab ketiga saya menjelaskan sejarah kematian Hasan bin Ali yang meliputi; rangkaian Carut-Marut riwayat sejarah tentang biografinya, perdamaiannya dengan Muawiyah bin Abi Sufyan, dan penyebab kematiannya.
Pada bab keempat saya menjelaskan sejarah pembantaian Husain bin Ali yang meliputi; rangkaian Carut-Marut sejarah tentang biografinya, motif dan tujuan keberangkatannya ke Kuffah, peristiwa-peristiwa tragis di Kuffah yang dialaminya dan semua pendukungnya. Juga tentang status keberadaan Yazid bin Muawiyah dalam rangkaian sejarah kematian salah satu cucu kesayangan Nabi Muhammad ini.
Daftar Isi Buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”
Daftar isi di bawah ini adalah daftar isi untuk cetakan pertama. Ada beberapa perubahan layout daftar isi untuk edisi revisi.
Nah, sekarang, untuk mempermudah Anda memahami poin-poin penting yang dijelaskan dalam buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”, maka saya menyusunnya ke dalam daftar isi sebagai berikut;
Kata Pengantar
“Potret Pergumulan Para Penutur Sejarah; Refleksi Atas Kegamangan Seorang Sahabat”
Komentar dan Kesaksian
Pengantar Penulis
Bab I; Pembantaian Sadis Terhadap Jakfar bin Abi Thalib
Biografi Jakfar bin Abi Thalib.
Peran Penting Jakfar bin Abi Thalib di Habasyah.
Perang Mu’tah dan Pembantaian Sadis Terhadap Jakfar bin Abi Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah.
Kondisi Tubuh Jakfar bin Abi Thalib.
Bab II; Pembunuhan Terhadap Ali bin Abi Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Khawarij dan Perseteruan dengan Ali bin Abi Thalib
A. Surat Abdullah bin Abadl Kepada Abdul Malik bin Marwan Tahun 60 Hijria
B. Akar Perseteruan Khawarij dengan Ali bin Abi Thalib
1. Sengketa Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan
2. Motif dan Tujuan Perang Shiffin dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Pertama; Motif dan Tujuan Politik
Kedua; Syariat
Penjernihan Carut-Marut Riwayat Sejarah Tentang Motif dan Tujuan Masing-Masing Pihak
3. Peristiwa Sejak Perang Shiffin hingga Tahkim dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
4. Misteri Kesepakatan di Adzruh dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah.
C. Motif dan Kronologi Pemberontakan di Haraura’ dan Perpecahan Pertama di Internal Khawarij
D. Motif dan Kronologi Peperangan di Nahrawan dan Perpecahan Kedua di Internal Khawarij
Motif dan Kronologi Pembunuhan Terhadap Ali bin Abi Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
A. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Ahmad bin A’tsam Al-Kufi.
B. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Abu Al-Faraj Al-Ashfahani.
C. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Muhammad bin Jarir Ath-Thabari.
D. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Ibnu Al-Atsir.
E. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Ibnu Katsir.
F. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Al-Mas’udi.
G. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Al-Ya’qubi.
H. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat At-Tamimi.
I. Motif dan Kronologi Pembunuhan dalam Riwayat Ibnu Sa’ad.
Pemakaman dan Usia Ali bin Abi Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Hukuman yang diterima Ibnu Muljam dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Bab III; Misteri Kematian Hasan bin Ali bin Abi Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Biografi Hasan bin Ali bin Abi Thalib
Perdamaian Hasan bin Ali bin dan Muawiyah bin Abi Sufyan dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Proses, Motif, dan Tujuan Perdamaian antara Hasan bin Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
A. Proses, Motif, dan Tujuan Perdamaian dalam Riwayat al-Baladzuri.
B. Proses, Motif, dan Tujuan Perdamaian dalam Riwayat ath-Thabari.
C. Proses, Motif, dan Tujuan Perdamaian dalam Riwayat al-Ya’qubi.
D. Proses, Motif, dan Tujuan Perdamaian dalam Riwayat Miskawaih.
E. Proses, Motif, dan Tujuan Perdamaian dalam Riwayat Ibnu Hajar.
Penjernihan Carut-Marut Riwayat Sejarah Tentang Proses, Motif, Tujuan Perdamaian antara Hasan bin Ali dan Muawiyah bin Abi Sufyan
Penyebab Kematian Hasan bin Ali dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Bab IV; Pembunuhan Terhadap Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Carut-Marut Riwayat Sejarah
Biografi Husain bin Ali
Kematian Muawiyah bin Abi Sufyan dan Pembaiatan Yazid bin Muawiyah dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Surat Yazid bin Muawiyah dan Pengaruhnya pada Kondusifitas Madinah dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Husain bin Ali di Makkah dan Surat-Surat Penduduk Kuffah
Keberangkatan Muslim bin Aqil ke Kuffah dan Ambiguisitas Sikap Penduduk di Sana
A. Muslim bin Aqil di Rumah Mukhtar bin Abi Ubaid.
B. Muslim bin Aqil di Rumah Hani’ bin Urwah dan Mata-Mata Ubaidullah bin Ziyad.
C. Hani’ bin Urwah dibawa ke Istanah dan Pengkhianatan Dua Belas Ribu Pasukan Kuffah.
D. Muslim bin Aqil di Rumah Thau’ah dan Pengkhianatan Puteranya.
E. Pembunuhan Keji Terhadap Muslim bin Aqil dan Hani’ bin Urwah.
Motif dan Tujuan Keberangkatan Husain bin Ali ke Kuffah dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Husain bin Ali di Perjalanan dan Berita Kematian Muslim bin Aqil
Al-Hurru bin Yazid dan Husain bin Ali
Negosiasi Umar bin Saad bin Abi Waqash dan Husain bin Ali dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Kronologi Pembantaian Terhadap Husain bin Ali dan Pasukannya
Nasib Jasad dan Kepala Husain bin Ali di Kuffah dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Nasib Ahlul Bait yang Masih Hidup dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Usia dan Makam Kepala Husain bin Ali dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah
Penutup Penulis
Referensi
Daftar Isi
Tentang Penulis
Di atas adalah daftar isi buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”.
Referensi-Referensi Buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”
Dalam kajian ini ada 33 (tiga puluh tiga) buku yang saya gunakan sebagai referensi kajian dalam buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”. Dari 33 buku tersebut ada 8 buku yang masuk dalam kategori buku kontemporer. Sedangkan 25 buku yang lain adalah buku-buku klasik. Adapun perincian 33 buku tersebut adalah sebagai berikut;
- Abu Al-Faraj Al-Ashfahani, Maqâtilu Thâlibiyyîn, Dar Ihyai al-Kutub al-Arabiyah dan Isa al-Babi al-Halabi, disyarah dan ditahkik oleh Sayid Ahmad Shaqr, tanpa keterangan tahun.
- Ibnu Sa’ad, ath-Thabaqât al-Kubrâ, Vol. I, II, III, IV, V, VIII, Dar Sader, Beirut, 1985.
- Abu al-Hasan Ali bin al-Husain bin Ali al-Mas’udi, Murûju ad-Dzahab wa Ma’âdinu al-Jawhar, Vol. II, Dar Sader, Beirut, Cet. II, 2010.
- Muhammad bin Ishaq bin Yasar al-Mathlabi al-Madani (Ibnu Ishaq), as-Sîrah an-Nabawiyyah, Vol. I dan II, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Cet. II, 2009.
- Husain Mu’nis, Târîkh Quraisy, Dar Ar-Rasyad, Kairo, 2007.
- Ahmad bin Abi Ya’qub bin Jakfar bin Wahab, Târîkh al-Ya’qûbiy, Vol. II, Dar Sader, Beirut, Cet. II, 2010.
- Izzudin Abu al-Hasan Ali bin Abi al-Karam Muhammad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdul Wahid asy-Syaibani (Ibnu al-Atsir), al-Kâmil fî at-Târîkh, Vol. II, III, IV, Dar Sader, Beirut, Cet. I, 2009.
- Abu Naim Ahmad bin Abdillah al-Ashfahani, Hilyatu al-Auliyâ’, Vol. I, Dar al-Fikr, Beirut, 1996, (PDF).
- Yaqut bin Abdillah al-Hamwiy ar-Rumi al-Baghdadi, Mu’jamu al-Buldân, Vol. I, II, III, IV, V, Dar Sader, Beirut, Cet. IX, 2015.
- Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistaniy, Sunan Abi Daud, Vol. IV, Dar ar-Risalah al-‘Alamiyah, Damasykus, tanpa keterangan cetakan, 2009, (PDF).
- Khalifah bin Khayyath, Târîkh Khalîfah bin Khayyât, Dar al-fikr, Beirut, 1993.
- Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Bushrawi ad-Dimsyaqi (Ibnu Katsir), al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Vol. III, VII, VIII, Dar Sader, Cet. I, 2005.
- Abu Jakfar Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Târîkhu ath-Thabari, Vol. I, II, III, Dar Ibnu Hazm, Beirut, 2014.
- Ali Muhammad ash-Shalabi, Amîru al-Mukminîn al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thâlib Radliyallâhu ‘Anhu; Syakhshiyyatuhu wa ‘Ashruhu, Dar at-Tauzi’ wa an-Nasyr al-Islamiyah, Kairo, Cet. I, 2004.
- Izzuddin Abi Hamid Abdil Hamidin Hibbatullah al-Madaini (Ibnu Abi Hadid), Mausû’atu Syarhi Nahji al-Balâghah, Vol. II, IV, XVI, Dar Nadhir Abbud, Beirut, Cet. I, 2004.
- Ibrahim al-Baradi, al-Jawâhir, tanpa keterangan penerbit, kota, cetakan, dan tahun, (PDF).
- Munshif Qaujah, al-Fitnah al-Kubrâ min Khilâli Mashâdir Khawarijiyyah, Dar at-Tunisiyyah li al-Kitâb, Tunisia, Cet. II, 2012.
- Abu Muhammad Ahmad bin A’tsam al-Kufi, al-Futûh, Vol. I, II, III, IV, V, VI, Dal-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Cet. I, 1986.
- Nashr bin Muzahim al-Minqari, Waq’atu Shiffîn, Vol. I, VII, Dar al-Jail, Beirut, ditahkik dan disyarahi oleh Abdus Salam Muhammad Harun, PDF, tanpa keterangan cetakan, 1990.
- Ahmad bin Muhammad bin Abdi Rabbihi, al-‘Iqdu al-Farîd, Vol. V, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, ditahkik oleh Mufid Muhammad Qamihah, PDF, Cet. I, 1983.
- Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri, Ansâbu al-Asyrâf, Vol. II, III, ditahkik oleh Muhammad Muhammad Tamir, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Beirut, Cet. I, 2011.
- Hamid Muhammad Khalifah, al-Inshaf fîmâ Wa’qa’a fî al-‘Ashri ar-Rasyidiy min al-Khilâf, Dal al-Qalam, Damaskus, Cet. II, 2010.
- Thaha Husain, al-Fitnah al-Kubrâ; Aliy wa Banuhu, Dar al-Maarif, Kairo, Cet. X, 2014.
- Muhammad al-Arabi at-Tibbani, Tahdzîru al-‘Abqari min Muhâdlarati al-Khuldariy au Ifâdatu al-Akhyâr bi Barâ’ati al-Abrâr, Vol. II, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, PDF, Beirut, Cet. II, 1984.
- Abu al-Abbad Tayiyuddin Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu Taimiyah), Minhâji as-Sunnah an-Nabawiyyah fî Naqdli Kalâmi asy-Syî’ah al-Qadariyah, Vol. VIII, Jamiatu al-Imam Muhammad bin Saud al-Islamiyah, tanpa keterangan tempat, PDF, Cet. I, 1986.
- Muhammad bin Ahmad bin Tamim at-Tamimi, Kitâbu al-Mihan, Vol. I, II, Dar al-Gharb al-Islami, Beirut, ditahkik oleh Yahya bin Wahib al-Jabburi, Cet. I, 1983.
- Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (Ibnu Hajar), Fathu al-Bâriy bin Syarhi Shahîhi al-Bukhâriy, Vol. VIII, ar-Risalah al-Alamiyah, cabang Bairut, Cet. I, 2013, (PDF).
- Muhammad Zaki Ibrahim, Marâqidu Ahli al-Baiti fî al-Qâhirah wa Ma’ahu Kitâbu Hayâti al-Arwâh Ba’da al-Mauti, Muassasatu Ihyai at-Turats ash-Shufi (al-Asyirah al-Muhamadiyah), Kairo, Cet. VI, 2003.
- Syihabuddin Ahmad bin Hajar al-Makkiy al-Haitamiy, ash-Shawâiq al-Muhriqah fî ar-Raddi ‘ala Ahli al-Bida’i wa az-Zandaqati, Maktabah Fayadl, tanpa keterangan tempat, ditahkik oleh Abu Abdillah Musthafa bin al-Adawi, Cet. I, 2008, (PDF).
- Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’qub Miskawaih, Tajârubu al-Umam wa Ta’âqubu al-Himam, dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, ditahkik oleh Sayid Kasrawi Hasan, Vol. I, Cet. I, 2003.
- Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun (Ibnu Khaldun), Muqaddimah Ibnu Khaldun, al-Maktabah al-‘Ashriyah, Beirut, ditahkik oleh Darwisy al-Juwaidi, Cet. II, 2015.
- Muhammad Hamidullah, Majmû’atu al-Watsâ’iq as-Siyâsiyyah li al-‘Ahdi an-Nabawi wa al-Khilâfah ar-Râsyidah, Dar an-Nafais, Beirut, Cet. VIII, 2009.
- Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Qaiman ad-Dzahabi, Târikhu al-Islâm wa Wafiyâti al-Masyâhir wa al-A’lâm, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, ditahkik oleh Musthafah Abdul Qadir ‘Atha, Vol. II, Cet. I, 2005.
Komentar dan Kesaksian atas Buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah”
Setelah saya selesai menulis buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah” ini, saya menyodorkan naskah utuh dan gambaran naskah kepada beberapa intelektual muda Indonesia yang saya kenal. Tujuannya adalah untuk meminta komentar dan kesaksian dari mereka dan mengetahui seberapa besar kualitas buku yang ingin saya terbitkan ini; apakah layak dibaca publik secara umum, dan para akademisi secara khusus?!
Perlu saya jelaskan di awal, bahwa dalam proses permintaan komentar dan kesaksian ini saya tidak melakukan intervensi apapun dengan cara apapun. Bahkan, dengan terus terang saya mempersilahkan dan meminta beberapa orang dari mereka untuk mereka mengkritik buku ini. Dengan kata lain, komentar dan kesaksian mereka pada buku saya ini murni berdasarkan ilmu. Berikut adalah komentar dan kesaksian mereka;
Ada fase-fase pergolakan dalam rentang sejarah Islam awal. Politik, agama dan upaya pemahaman dan penerapan agama saling berkelit kelindan. Upaya untuk menerapkan teks-teks agama yang beragam dalam berbagai ranah kehidupan menimbulkan pergesekan dan benturan keras antar sesama Kaum Muslimin. Lahir kelompok-kelompok dan keberpihakan-keberpihakan. Di tengah pergolakan tersebut, banyak berita dan cerita yang diriwayatkan. Ada yang benar, ada yang ditambah, ada yang dikurangi, diubah dan ada yang diselewengkan.
Menelusuri, memilah dan memilih riwayat berita dan cerita tentang peristiwa-peristiwa pergolakan ini menuntut perangkat ilmu tentang kaidah-kaidah verifikasi keabsahan riwayat-riwayat dalam ilmu hadits dan sumber-sumber sejarah yang otentik. Juga, membutuhkan usaha dan waktu yang panjang. Dan itu yang telah dilakukan oleh rekan Syafi’, dengan spesialisasinya di jurusan hadits universitas al-Azhar. Sehingga, apa yang telah ia tulis ini, urgen untuk kita baca.
Sejarah sebagai tuturan diverifikasi secara kritis oleh buku ini menjadi sejarah sebagai pengetahuan. Kesadaran akademik bahwa sejarah menyimpan beragam penafsiran berhasil diuraikan oleh Gus Syafi’ secara kronologis dengan sistematis. Ketakutuhan pengetahuan kita tentang sejarah keturunan sayidina Ali bin Abi Thalib dapat dijawab secara tuntas oleh penelitian Gus Syafi’ dalam buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah” ini. Referensi-referensi primer yang digunakan sebagai data analisis menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan sangat serius. Buku ini layak untuk dibaca oleh siapa saja yang meminati kajian kritis kesejarahan. Saya yakin Ibn Khaldun tersenyum bangga atas apa yang dilakukan oleh Gus Syafi’. Tahniah kagem Gus Syafi’.
Buku ini membahas tema yang penting sekaligus sensitif dalam sejarah umat Islam awal. Penting karena identik dengan munculnya sekte-sekte teologi Islam dan sensitif karena sejarah berdarah yang melibatkan para sahabat Nabi Muhammad Saw. perlu dikaji dengan penuh hati-hati.
Keberanian penulis untuk masuk ke dalam pelung sejarah patut diapresiasi. Sebab, hal ini bukan perkara mudah. Rentang masa yang terlampau jauh, sumber sejarah yang beragam dan sulit ditelusuri validitasnya menjadi tantangan tersendiri dalam menyelesaikan karya ini. Akhirnya, saya meyakini bahwa apresiasi paling tinggi atas sebuah karya adalah dengan membacanya secara kritis dan mendiskusikannya. Selamat membaca!
Buku yang berada di tangan pembaca ini berusaha mengetengahkan salah satu peristiwa yang paling politis dan akut dalam sejarah Islam. Ia berusaha masuk dalam sengkarut peristiwa yang tragis dan banyak menyisahkan misteri kesejarahan yang belum begitu dikuak dengan detil dan ilmiah. Dengan segala usaha, melalui pelacakan sumber-sumber klasik Islam, buku ini ingin menghadirkan perspektifnya tersendiri yang menjadi sumbangsih pembacaan sejarah kelam dunia Islam pada fase awal. Oleh karena itu, bagaimanapun juga, buku ini berhak mendapatkan apresiasi yang tinggi dalam dunia akademik. Selamat!
Sejarah perpolitikan tidak lepas dari pelbagai konflik perebutan kekuasaan, tak terkecuali apa yang telah terjadi pada umat Islam. Tiap-tiap pihak yang terlibat selalu memiliki landasan ideoligis dan logis dalam membenarkan tindakan masing-masing. Di sinilah pentingnya buku ini untuk dibaca, dipahami, dan dikaji bersama.
Terlepas dari semua praduga di atas, buku yang disajikan sahabat saya, Akhmad Syafiuddin, telah memberian perspektif lain kepada pembaca melalui kekayaan literatur yang hampir jarang dihadirkan oleh beberapa pengkaji sejarah tragis kehidupan Ahlul Bait lainnya. Selamat atas karyamu, Bung!
Itulah penjelasan singkat tentang gambaran umum buku “Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah“. Semoga bermanfaat. Amin.
Posting Komentar